Hidup Sebagai Keluarga Allah (1 Timotius 3:14-16)
Sebuah Renungan dari Eka Darmaputera buat kita

Hidup sebagai keluarga Allah. That,s What we are. Atau lebih tepatnya : That's we are supposed to be: apa atau bagaimana seharusnya kita  ini. Tetapi, hidup kita sebagai keluarga Allah betapa kita masih amat jauh, masih amat menyimpang , masih amat berlawanan dengan apa yang seharusnya itu.  Para rasul menulis, "jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah. Itulah tujuan atau maksud pokok dari  seluruh surat timotius, dan begitu juga seluruh Alkitab : agar pembacanya tahu bagaimana seharusnya hidup sebagai keluarga Allah. Tahu! dengan demikian, kita tidak punya alasan untuk tidak hidup sebagai keluarga Allah. Mengapa? Karena sudah tahu; sudah di beri tahu! Itulah konsekuensinya orang yang tahu. No excuse! Dalam Ibrani 10:26 "sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesuadh memperoleh  pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu."
Hidup sebagai keluarga Allah. dalam etika-etika lain, umumnya etika pribadi itu paling penting. kebijakan pribadi. Kesalehan pribadi. Bagi etika Kristen, Kesalehan dan kebijakan pribadi tentu sangat penting. Namun demikian, pada dasarnya  etika Kristen adalah "etika relasi" bukan "personal ethics"     melainkan relational ethics. Bagaimana hidup sebagai keluarga Allah.

Etika kristen berbicara tentang apa yang baik dan benar bagi seluruh keluarga Allah. Keluarga Allah yang di maksudkan adalah bukan untuk mengklaim satu golongan atau agama tertentu,  keluarga  Allah meliputi seluruh umat manusia.  sebagai keluarga Allah, dalam 1 Timotius 5:8 mengatakan, "Jika ada sesorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih  buruk dari orang yang tidak beriman.' 
Hidup sebagai keluarga Allah memang tidak dapat dibentuk karena tekanan atau  ancaman dari luar, hanya akan menghasilkan  aliansi semu.Tidak akan bertahan  lama. Hidup sebagai keluarga Allah, dalam pembacaan kita ini, hanya bisa terbentuk bila ia bertumbuh dari dalam.

Pertama, kata Paulus, bila kita  menyadari bahwa kita semua adalah jemaat Allah yang hidup. tidak ada gereja atau jemaat saya.  Yang ada adalah gereja Allah yang hidup, jemaat Allah yang hidup. Allah yang hidup, artinya  Allah  yang tidak bisa kita domestikasikan, kita rantai, kita kurung, kita jadikan milik  pribadi kita yang eksklusif.  Allah yang di anggap  seperti preman, atau satpam dari salah satu gereja, bukanlah Allah yang hidup. Sebab Allah yang hidup adalah Allah yang bebas berkarya dan karyanya bersifat universal berlaku bagi semua umat tanpa melihat perbedaan. artinya kita di katakan sebagai keluarga Allah jika kita mampu menerima perbedaan dan kekurangan dari sesama kita. Tanpa  harus mengklaim diri sebagai Keluarga Allah, jika kita mampu membagikan kasih bagi sesama  dengan tanpa syarat maka secara tidak  langsu kita telah menunjukan bahwa kita adalah bagian dari keluarga Allah.
Kedua, Hidup sebagai keluarga Allah berarti hidup dalam kebenaran. apakah kita telah mampu untuk hidup dalam kebenaran?. Kebenaran tidak  hanya  dalam bentuk kata-kata tetapi juga dalam bentuk tindakan kita. untuk hidup dalam kebenaran kita membutuhkan komitmen yang dapat di pegang dan dapat di pertanggung jawabkan.
 
setelah membaca renungan diatas maka pertanyaa bagi kita. Sudahkah kita kita hidup sebagai keluarga Allah? Responi itu denga hati saudara-saudara yang tulus. buatlah komitmen dalam diri saudara untuk mau benar-benar menjadi bagian dari keluarga Allah.


Silahkan Berikan Komentar terhadap tulisan pada blog coment di bawah.



TESTIMONI BUAT R-EFS

HAKEKAT PELAYANAN

    Pelayanan gereja mula-mula sebagai Ekklessia (ek= keluar, klessia= orang-orang yang di panggil)  artinya tugas gereja secara persekutan maupun pribadi-pribadi memiliki tugas dan tanggung jawab untuk  memberitakan Injil dan menjaring  sesama kita yang masih  terikat dengan godaan dunia yang  sesat.
Hakekat Pelayanan Gereja bertitik tolak pada 3 tugas penggilan gereja yakni:
  1. Marturia : Kesaksian (berhubungan dengan  aspek ritual dan kesaksian terhadap dunia luar)
  2. Koinonia : Persekutuan (aspek institusional dan pembinaan kehidupan bersama) dan
  3. Diakonia : Melayanyi (aspek etis dan pelayanan sosial.
    Pelayan melalui pelayanannya  harus benar-benar  memiliki tujuan yang nyata walaupun resiko, dengan segala tantanga yang pasti harus di hadapi seorang pelayan harus benar-benar mampu untuk memegang komitmen pelayanannya. Tujuan Utama untuk menjadi seorang pelayan (pengikut Kristus) adalah:
  1. Menjadi Teladan bagi sesama, sesuai yang telah di contohkan Yesus dalam pelayanaNya.
  2. Mampu memancarkan Terang Kebenaran bagi sesama
  3. Mampu memberlakukan kasih dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana Seharusnya Kita Melakukan Pelayanan?
    Sebagai komunitas paduan suara yang memiliki Tugas dan tanggung jawab untuk menyaksikan kemuliaan Tuhan lewat talenta-talenta kita dalam hal bernyanyi, haruslah tahu dengan pasti apa tujuan kita. Tujuan kelompok paduan suara ini adalh untuk melayani Tuhan. Bukan untuk  mencari Popularitas. Kita perlu meneladani kristus dalam pelayananNya. Menjalankan pelayanan yang di embankan BAPANYA kepadaNya dengan tulus. Segala Resiko dalam pelayanan ia terima. Dan bahkan melalui pelayananNya ia menuai Pujian, namun semua pujian itu bukanlah yang utama. Yang terpenting adalah hati-hati orang yang memberikan pujian itu  untuk memuliakan  BAPANYA karena merasa diberkati oleh pelayanan yang di lakukan Yesus.. so..Apakah kita telah benar-benar mengikuti teladan Yesus dalam melakukan palayanan kita.

Semoga dengan tulisan ini, semua anak-anak R-EFS bisa kembali mengoreksi diri  masing -masing dan  memegang motivasi pelayanan yang  benar untuk  melayani Tuhan. Tetaplah rendah hati, dan jangan sombong dengan keberhasilan yang di raih. GBU ALL.


Silahkan Berikan Komentar tehadap tuliasan pada blog coment di bawah.


 

KETEKUNAN dan TAHAN UJI membawa PENGHARAPAN

(Keluaran 17:1-7, Mazmur 95, Roma 5:1-11, Yohanes 4:5-26)

 

Banyak kekecewaan terhadap kekristenan, ketika yang diharapkan tidak menjadi kenyataan dan ketika kenyataan menyajikan sesuatu yang jauh dari pengharapan kita.

Seringkali kita mendengar keluhan (kadang-kadang komplain) bahwa setelah menjadi orang Kristen, rasanya hidupnya penuh dengan penderitaan yang bertubi-tubi. Menurut perasaannya, ini dialaminya setelah menjadi Kristen.

Seolah-olah kekristenan tidak sesuai yang ia dengar, yang hanya menjanjikan keberhasilan semata, sehingga kalau bukan keberhasilan itu bukan kekristenan.

Pandangan ini sangat keliru, karena kekristenan membuat seorang itu kuat dan tangguh menghadapi penderitaan dan memenangkannya, bukan kalau sudah menjadi Kristen, sama sekali tidak akan mengalami penderitaan.

Tuhan Yesus tidak pernah menjanjikan pelayaran yang tenang, tetapi pelabuhan yang damai, jadi jangan kita rubah pelayarannya tenang dan nyaman untuk menghantar ke pelabuhan yang damai.

Untuk menganugerahkan keselamatan bagi manusia, Tuhan Yesus harus menderita dan mati untuk menebus dosa manusia. Jadi pahamilah untuk memperoleh keselamatan hidup ini, Tuhan Yesus harus menempuh jalan 'via do lorosa' (penderitaan).

Benar kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian'(bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian).

Oleh karena itu, pada saat kehidupan kita bertemu dengan penderitaan, maka sikap Kristen yang diajarkan kepada kita adalah: Ketekunan dan Tahan Uji.

Ketekunan sangat kita harapkan, karena ketekunan mengajarkan kita semua untuk berani menghadapi masalah dan bukan lari dari kenyataan, walau pahit sekali pun.

Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:3-5)

Orang-orang yang tahan uji, adalah mereka yang menekuni hidup ini terutama pada saat penuh penderitaan, karena tahan uji akan menepis semua godaan dan bujukan terutama pada saat menderita untuk kita menjauhkan diri dari Tuhan.

Ingatlah, ketekunan dan tahan uji membuahkan pengharapan.

Dan inilah pengharapan itu:

Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6:19a)

Jadi jangan meratapi penderitaan Kristus.

Ketahuilah bahwa jalan menuju Keselamatan (tujuan pengharapan) melalui jalan derita. Kristus menekuni dan tahan uji menjalani penderitaan-Nya untuk meraih kemenangan dan menyelamatkan dunia ini dalam nama-Nya. GBU ALL REFS

 

 

Apa artinya Natal?

oleh Keith Green

Asal usul  Natal
Di abad yang ketiga Masehi, suatu hal yang ajaib terjadi. Konstantin, kaisar Roma menjadi seorang Kristen. Selama hampir 300 tahun orang Kristen telah mendoakan keselamatan kaisar mereka. Tidak ada yang mempercayainya! Tetapi akhirnya diterbitkan dekrit dari Kaisar... Kekristenan dijadikan agama resmi kerajaan. Setiap orang didorong untuk menerima Yesus Kristus sebagai Penguasa dan satu-satunya ilah. Karena tidak mau mengambil resiko dipandang sebagai tidak berkerjasama (dan mempercayai bahwa menjadi Kristen merupakan langkah yang paling aman dari sudut pandang politik dan sosial), hampir setiap orang di dalam kekaisaran membuat "pengakuan iman" dan memeluk agama baru ini. Ini, tentu saja, begitu menggirangkan Konstantin.

Setelah beberapa waktu timbullah satu masalah yang besar. Apa yang harus mereka lakukan dengan ilah-ilah yang lain? Dan bagaimana dengan semua pesta dan perayaan besar yang sudah menjadi sebagian dari kehidupan mereka, terutamanya perayaan Saturnalia musim sejuk dan perayaan musim semi ekuinoks? Sebelum pertobatan Konstantin, seluruh kekaisaran akan dengan penuh kegairahan merayakan perayaan-perayaan dengan persembahan kepada dewa dan dewi mereka. Apa yang harus mereka lakukan sekarang? Kaisar Konstantin tahu bahwa walaupun secara eskternal mereka telah mengakui Kekristenan, mereka tidaklah rela dengan begitu saja meniadakan perayaan-perayaan yang begitu mereka senangi. Apa yang dimilikinya adalah satu kerajaan penuh dengan "petobat dan belum bertobat"!

Ketidak-puasan dan keresahan rakyatnya semakin memuncak dan sang kaisar tahu bahwa sesuatu harus dilakukan. Jadi, karena tidak punya jalan keluar yang lain, ia mengumumkan dua liburan "religius" yang utama. Tanggalnya diambil dari perayaan besar yang sudah diadakan sejak turun temurun itu. Ia mendeklarasikan tanggal 25 Desember (sejak berabad-abad dirayakan sebagai hari ulang tahun matahari, Saturnalia) sebagai perayaan hari ulang tahun Kristus. (Walaupun para ahli sejarah menyatakan bahwa Yesus besar kemungkinan lahir di bulan Oktober.) Satu misa besar atau kebaktian religius diadakan memperingati kelahiran Yesus pada hari itu (sebab itu, Christ-mas atau misa-Kristus). Sang Kaisar juga mendeklarasikan tanggal hari perayaan musim semi ekuinoks untuk merayakan kebangkitan Kristus. (Penekanan yang lama pada perayaan musim semi itu adalah penyembahan pada dewi kesuburan, yang darinya kita mendapatkan simbol kelinci Paskah [Easter Bunny].) Massa yang menggerutu itu akhirnya dapat ditenangkan apabila mereka menyadari bahwa mereka dapat sekali lagi merayakan hari-hari perayaan yang besar itu. Ya, walaupun perayaan itu memang sudah diberikan nama yang lain, dan mereka mungkin harus melewati beberapa "upacara religius", tetapi setidaknya hal-hal yang lain masih normal, dan perayaan-perayaan yang mereka senangi masih dapat dirayakan dengan penuh kegairahan.

Santa Klaus (St. Nick)
Sejarah pria yang bernama Nicholas (yang akhirnya dijadikan santo oleh Gereja Katholik) agar kurang jelas and samar-samar. Tetapi hal yang menonjol dari karakternya adalah - ia mengasihi orang miskin dan yang melarat, dan di setiap Natal ia akan memberikan hadiah kepada para janda dan anak-anak yatim piatu. Ia dikasihi oleh semua orang, terutamanya anak-anak. Demikianlah bagaimana tradisi dan praktik memberikan hadiah dimulai. Fantasi dongeng yang disebut Santa Klaus berkembang sejalan dengan waktu sejak berabad-abad  yang lalu dan sekarang Santa Klaus merupakan imej dari Natal sekuler, di mana di Amerika saja, rata-rata US$150 digunakan untuk membeli hadiah bagi setiap orang!

Arti Natal yang Sesungguhnya
Saya telah mendengar banyak percakapan (terutama oleh orang Kristen) mengenai arti Natal yang sesungguhnya.  Saya telah menyaksikan bagaimana orang Kristen terjerat dengan kesibukan Natal. Mereka meluangkan begitu banyak jam, bahkan berhari-hari, di pusat perbelanjaan berusaha mencari hadiah untuk diberikan kepada sahabat dan famili yang sudah mempunyai segala yang mereka butuhkan... duduk dengan tegang di sekitar pohon cemara sambil menanti mereka membuka hadiah yang telah Anda belikan bagi mereka, dan di pihak mereka, mereka berusaha untuk kelihatan kaget dan berseru dengan sukacita... orang tua mengajarkan kepada anak-anak apa yang mereka sebutkan sebagai "dogeng yang tidak merbahaya" - kisah tentang Santa dan bagaimana "ia akan membawakan banyak hadiah, jadi sebaiknya Anda jangan nakal." Dan pada waktu yang bersamaan, dunia penuh dengan orang yang kelaparan dan serba kekurangan, yang seolah-olah dengan diam memandang melalui jendela rumah Anda mengemis sisa makanan, atau kain lapok guna menyelimuti dan melindungi mereka dari kedinginan malam, mengharapkan satu jawaban kepada penderitaan, kemelaratan dan penindasan yang mereka alami.

Apabila kita menghitung semua uang yang telah kita hamburkan, di musim di mana arti yang terbesar adalah Bapa memberikan kita Putra-Nya yang satu-satu, yang datang untuk hidup dan mati bagi kita, kita harus berseru menentang ketidakadilan orang Kristen yang memiliki begitu banyak dan melakukan begitu sedikit. Arti sesungguhnya Natal adalah memberikan diri kita kepada pekerjaan menyebarkan Injil. Memproklamirkan kebebasan kepada tawanan! Memberikan roti kepada mereka yang lapar, dan mengarahkan mereka kepada Roti Kehidupan, memenuhi jiwa mereka yang kelaparan.

Beberapa Saran
Sebagai bagian dari perayaan Natal Anda tahun ini, kami menyarankan anda membawa anak-anak Anda ke daerah perkampungan orang miskin, ke rumah sakit, ke panti asuhan, ke rumah orang jompo. Mengajarkan kepada mereka arti memberi. Ajarkan kepada mereka bahwa adalah bodoh bagi kita menghamburkan uang membeli barang yang tidak kita perlukan, dan memberi kepada orang yang sudah mempunyai segalanya. Biarlah mereka menyebarkan sukacita kepada orang yang kekurangan! Biarlah mereka memberikan senyuman kepada nenek tua, yang anak-anaknya sendiri sudah melupakan dan menelantarkan mereka di rumah orang jompo. Biarlah mereka mengosongkan tabungan mereka dan mengirim uang ke lembaga misi dan orang miskin. Biarlah mereka memberi! Memberi yang membuat mereka membayar harga mahal! Marilah kita memberikan dunia kepada Yesus Kristus pada hari ulang tahun-Nya!
Dunia dan Tuhan menanti respon kita...

Di Kutip dari : http://www.cahayapengharapan.org/artikel/texts/apa_artinya_natal.htm

Make a Free Website with Yola.